Anak Harus Mencoba dan Memilih Alternatif

Anak harus diajarkan untuk berani mencoba kemampuan melihat kemungkinan, keyakinan memilih strategi, dan kesempatan untuk melak­sanakan strategi pilihannya. Semua proses itu harus dikenalkan kepada anak sejak dini. Tanpa pelatihan sejak awal, proses belajar untuk memecahkan suatu masalah bagi anak tidak akan berarti.

Menurut psikolog Fawzia Aswin Hadis, keteram­pilan anak dalam memecahkan masalah dapat dilihat dari langkah-langkah pemecahannya. Makin banyak ia mem­peroleh informasi dan mampu memanfaatkannya untuk memecahkan masalah, makin berkembang pula ke­mampuan pengenalannya. Dengan sendirinya anak makin pandai dan semakin mampu melihat berbagai alternatif dalam menyelesaikan suatu masalah.

Kemampuan anak menangkap informasi baru, akan membuat mereka mendapatkan strategi baru lagi dan makin banyak strategi yang dimilikinya. Pengalaman ini dapat meningkatkan kepercayaan dalam diri anak untuk memecahkan masalah. Bila kepercayaan diri tumbuh makin kuat, anak akan semakin dirangsang untuk mencoba dan mencari masalah baru untuk dipecahkan.

Tiga Hambatan

Menurut Fawzia, ada tiga hambatan yang selalu dihadapi anak dalam perkembangannya dan ini mempengaruhi proses belajarnya untuk memecahkan suatu persoalan. Ketiga hambatan itu adalah hambatan fisik, hambatan informasi, dan hambatan sosial. Dari ketiganya, ham­batan sosial yang paling sering dialami oleh anak-anak.

Hambatan sosial ini bisa berupa larangan orangtua atas perilaku anak yang sesungguhnya mencerminkan perkembangan jiwanya. Bentuk tindakan dalam rangka mendisiplinkan anak ini, sering kali dianggap sebagai pembelengguan. Contohnya, jika orangtua melarang anak untuk berlari-lari keluar masuk ruangan di dalam rumah tanpa memberitahukan alasannya.

Reaksi yang muncul kemudian bervariasi. Ada anak yang ingin menghadapi dan memecahkannya, ada yang hanya me­nyerah saja, namun juga ada yang mengabaikan masalah begitu saja. Oleh sebab itu, mekanisme kontrol orang tua harus lebih arif agar anak memilih reaksi untuk mencoba memecahkan masalah dan bukan lari dari masalah.

Berbeda Penanganan

Mengajarkan metode memecahkan masalah pada anak, berbeda antara di rumah dan di sekolah. Di sekolah, cara penyelesaiannya sudah terencana di segala bidang studi dengan sistem belajar aktif. Guru mengorganisasikan kegiatan belajar dan mengajar di kelas agar anak didik memperoleh pengalaman yang maksimal dalam meme­cahkan masalah.

Sementara di rumah, dibutuhkan dasar pemahaman yang lebih dalam tentang diri sang anak. Anak perlu diberi gambaran dan wawasan yang luas tentang berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dihadapinya. Ter­masuk juga, pengetahuan tentang akibat baik dan buruk dari perbuatannya.

Orangtua, juga guru, sebaiknya bertindak sebagai fasilitator daripada bersikap menggurui. Anak perlu diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat se­kalipun pendapat itu agak tidak masuk akal dan jauh dari penyelesaian yang tepat.

Banu Astono

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *