Anda Terlahir Tanpa Rasa Takut
Seorang anak terlahir di dunia tanpa merasa takut, kecuali rasa takut jatuh atau akan suara keras. Semua ketakutannya yang lain pasti dipelajarinya ketika dia tumbuh menjadi dewasa.
Dua rasa takut utama yang biasa berkembang dalam diri kita semua adalah takut akan kegagalan atau kekalahan dan rasa takut akan kritik dan penolakan. Kita mulai belajar merasa takut pada kegagalan ketika kita secara terus-menerus dikritik dan dihukum saat mencoba sesuatu yang baru atau berbeda.
Kita dibentak dan dilarang-larang, “Jangan! Jauh-jauh dari sana! Hentikan! Letakkan!” Hukuman fisik dan tidak ditunjukkannya rasa cinta, ancaman-ancaman yang dilontarkan yang membuat kita merasa takut dan tidak aman sering kali mengiringi bentakan dan kritik-kritik seperti ini.
Dengan segera, kita akan percaya bahwa kita terlalu kecil, terlalu lemah, tidak kompeten, tidak cukup pandai, dan tidak mampu untuk melakukan segala sesuatu yang baru atau berbeda dengan yang lain. Kita biasanya akan mengekspresikan perasaan ini dengan kata-kata, “Saya tidak mampu, saya tidak mampu, saya tidak mampu.”
Setiap saat, kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang baru atau menantang, reaksi otomatis kita biasanya akan berupa perasaan takut, gemetar, dan perut yang bergolak. Reaksi kita itu akan persis sama dengan ketika pantat kita akan ditampar oleh orangtua kita. Lalu, kita akan berkata, “Saya tidak mampu,” berulang kali.
Rasa takut akan kegagalan adalah penyebab utama dari banyak kegagalan yang terjadi pada masa dewasa. Sebagai akibat kritik destruktif yang sering kita terima pada masa kecil, kita sebagai seorang dewasa menjadi cenderung tidak berani melakukan banyak hal. Kita tidak mampu menunjukkan seluruh potensi yang kita miliki secara maksimal.
Kita akan berhenti bahkan sebelum kita mulai mengerjakan sesuatu untuk pertama kalinya. Bukannya menggunakan akal pikiran kita yang menakjubkan untuk mencari cara bagaimana mendapatkan apa yang kita inginkan, kita malah menggunakan kemampuan kita mencari-cari alasan untuk mengatakan bahwa kita tidak mampu, dan mengapa apa pun yang kita inginkan tidak mungkin dapat kita peroleh.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!