Berdiri di Atas Kekhawatiran dan Harapan
Manusia yang “mengerti” paham bahwa dirinya berada “di antara jari-jemari Tuhan” atau di antara “takut dan harap,” yang digambarkan sebagai “dua sayap yang membawa jiwa manusia kepada Tuhan.”
H.R. Imam Ahmad, Tirmidzi dan al-Hakim dari Anas r.a, Rasulullah memperbanyak do’a,
“Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii ‘alaa diinik,” lalu saya bertanya, “Ya Nabiullah, kami beriman kepadamu dan juga kepada apa saja yang engkau bawa….
…Lalu kenapa engkau masih merasa khawatir (terhadap kondisi kejiwaan) kami ?” Jawab beliau, ya karena sesungguhnya hati manusia berada diantara jari jemari Allah, Dia membalikkannya sekehendak-Nya”
Petani selalu berharap dapat memperoleh panen yang bagus, sekaligus khawatir kalau-kalau badai atau sekawanan belalang akan menghancurkan sawahnya.
Hati juga demikian, selalu mengharapkan Rahmat Tuhan, dan sekaligus khawatir kalau-kalau sesuatu akan menjatukkannya ke dalam jurang kemurkaan. Seperti “Pelaut selalu berdiri di atas kekhawatiran dan harapan.”
Kalaupun kapal hancur dan tenggelam, dia akan menyatu dengan Lautan Ilahi. Namun Rumi membela harapan, karena berharap itu berarti berpikiran baik tentang Tuhan.
Adakah yang telah menaburkan benih harapan,
Lalu musim semi rahmat Tuhan
tidak memberinya panen
seratus kali lipat?
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!