Ketekunan
Manusia dalam keadaan-keadaan tertentu memerlukan “satu langkah dalam sekali waktu”. Namun sering tak sabar untuk menapak selangkah demi selangkali.
Seluruh sufi mengajarkan cinta, perintah yang halus, dan kemurahan hati, yang berarti membutuhkan ketekunan. Melalaui Al-Matin, manusia dibimbing untuk terus melangkah meskipun tak mendapat sambutan yang positif
Mullah Nasruddin menunjukkan bahwa ketekunan bisa dianggap sebagai tindakan gila, tetapi kerap kali membuahkan hasil yang diharapkan.
Suatu hari, Mullah naik keledai menuju sebuah desa sambil berseru, “Mana kantong pelana keledaiku? Kantong pelanaku hilang! Jika tak ada yang segera menemukannya, aku akan menjadikan desa ini seperti desa yang baru saja kudatangi!”
Lama kemudian, seseorang menemukan kantong pelana keledai Nasruddin.
“Apa yang akan engkau lakukan jika kami tak menemukannya?” tanya orang itu.
“Aku akan meninggalkan desa ini dan mendatangi desa berikutnya,” jawab Mullah.
Cinta pada seseorang atau sesuatu menuntut ketekunan, apalagi ketika hubungan itu makin dewasa melampaui daya tarik lahiriah, menjadi hubungan yang lebih dalam. Hafizh menjelaskan dengan syairnya:
Jika kau tunggu hingga akhir waktu,
kau takkan pernah mencium wangi cinta
meski kau berlutut di ambang pintu
kedai kalbumu dan menyapunya,
malam demi malam dengan dahimu.
Demikian pun, jika kau ingin rasakan
anggur murni di cawan cinta
yang bibirnya disepuh emas,
kau mungkin harus benturkan
kepalamu di bibirnya
tiada jera bertukas-tukas
sebelum mencicipinya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!