Memercayai Suara Hati Kita
Kesadaran kita bisa membantu kita menjalani hidup yang berpusat pada prinsip ketika kita bisa belajar mendengar dan memercayai suara itu. Para Sufi bercerita tentang si buta penunggang kuda, yang ketika menunggang kuda bersama seorang teman, mencampakkan cambuknya.
Ketika dia berusaha meraih cambuknya kembali, dia malah mengambil seekor ular. Temannya memohonnya membuang ular itu, tetapi si buta meragukan integritas temannya itu, dan beranggapan kalau temannya hanya ingin memiliki cambuknya.
Tidak adanya kepercayaan menyebabkannya kehilangan nyawa karena gigitan ular. Ketika kita memercayai suara nurani kita (teman sejati kita), kita tidak akan tersesat.
Seperti halnya sebuah istana megah yang ditinggal penghuninya tampak bak reruntuhan, begitu juga seseorang tanpa karakter, semua milik materinya tidak akan membuatnya megah.
— Mohandas Gandhi
Dalam hidup, kita akan banyak menjumpai banyak simpang jalan yang sejati mungkin adalah jalan yang panjang dan penuh cobaan sementara jalan yang salah mungkin tampak singkat dan lurus.
Jika kita memilih jalan yang salah, kita akan mencapai sukses yang fana dan tidak berarti, tetapi kalau kita memilih jalan yang benar, kita akan mendapat pemenuhan dan sukses yang langgeng. Kita harus selalu menanggung risiko dan mengikuti jalan yang benar.
Dalam sebuah korporasi, kesadaran kita memandu pernyataan visi dan nilai kita dan berbagai prinsip yang terpancar dari pernyataan misi itu. Sebagai pemimpin, kita mendapat panduan dari pernyataan ini, dan melalui kesadaran atas diri sendiri kita tidak akan berpaling dari nilai-nilai kita.
Dalam hidup korporasi kita, rasa percaya memiliki dua bentuk. Yang pertama adalah suara dari kesadaran setiap orang di dalam korporasi, dan yang kedua adalah rasa percaya yang dibangun di dalam tim kita.
Kita bekerja menghilangkan persaingan yang bisa menghilangkan rasa saling percaya antara anggota tim. Banyak hal juga bergantung pada konsep pribadi dan rasa penghargaan pada diri sendiri yang dimiliki oleh seorang karyawan.
Ketika mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, mereka akan teguh. Sebagai pemimpin, kita bisa membantu orang lain melakukan hal yang benar, memberikan pelatihan, dan menjaga mereka tetap gembira dan termotivasi.
Dengan pemberian semangat seperti ini, kita bisa menjaga tingginya rasa percaya diri tim kita dan mendorong mereka untuk tetap berpegang teguh pada prinsip mereka, apa pun risikonya.
Azim Jalal
The Corporate Sufi: The Sufi with a Suit
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!