Nikmati Perjuangan

Kita sadar betapa kekuatan kita bertambah setiap kali kita diuji. Kita mulai menerima ujian dan tantangan tersebut. Rumi mem­beri sebuah analogi mengenai kacang polong yang sedang direbus untuk hidangan. Awalnya, sang ka­cang polong mengeluh soal rasa sakit dan meng­inginkan terbebas dari kondisi tersebut secepatnya.

Ketika dia tersadar kalau hanya melalui perebusan dia bisa dimakan oleh manusia dan menjadi bagian dari spesies yang lebih tinggi, yang akhirnya meme­nuhi takdirnya… Akhirnya, dia menyadari bahwa pembebasannya ada setelah perebusan tersebut. Me­nyadari bahwa perebusan mengarah pada per­tumbuhan dan akhirnya pembebasan, dia berkata, “Rebus lagi aku … aku tak bisa merebus diriku sen­diri.”

Sama halnya dalam dunia bisnis, kita melalui peristiwa seperti perebusan tersebut. Salah satu con­tohnya adalah Kolonel Sanders, pendiri Kentucky Fried Chicken, yang bangkrut ketika berusia enam puluh enam tahun dan harus mendatangi 1009 res­toran untuk menjual resep ayam gorengnya sebelum seseorang setuju membeli resep itu dan mernherinya lima sen untuk setiap ayam yang terjual.

Namun Kolonel Sanders menjadi salah satu tokoh yang paling sukses dan pengusaha yang sangat dihormati di Amerika Serikat. Banyak dari kita, ketika ada dalam kondisi yang sama, akan menyerah setelah ditolak beberapa kali. Kita perlu belajar dari Kolonel Sanders. Seperti yang pernah dikatakan oleh Winston Churchill, “Jangan pernah sekali-kali menyerah.”

“Mengapa kau lakukan ini padaku?”
“Supaya kau bisa bercampur dengan bumbu dan nasi dan menjadi sumber kesehatan manusia.”
“Rebus lagi aku … aku tak bisa merebus diriku sendiri.”
— Rumi

Rumi berkata kalau sebutir biji diangkat dari bumi dibangkitkan di batang gandum, dan ke­mudian digiling menjadi tepung. Tepung kemudian dibuat menjadi roti. Roti dimakan manusia dan menjadi bagian dari tubuh manusia dan akhirnya menjadi bagian dari spiritualitas manusia. Perkem­bangannya terjadi melalui perjuangan dan kematian jasad yang lama.

Bagaimana kita bisa mengapresiasi keindahan kesuksesan bila kita belum merasakan pedihnya perjalanan? Dia adalah bagian dari hidup. Kita tidak akan pernah melarikan diri darinya.

Yang bisa kita lakukan adalah belajar menghadapinya dan me­nikmatinya. Daripada melawan rasa sakit, kita jadi­kan dia teman, karena kenyataannya rasa sakit itu memang demikian—teman.

Seorang remaja bertanya pada Thomas Watson, pendiri IBM, bagaimana dia sukses. Mr. Watson menasehati remaja itu untuk melipatgandakan ke­gagalannya. Semakin cepat dia gagal, semakin dekat dia dengan kesuksesan.

Jika memang ada jumlah kegagalan yang harus kita lalui sebelum sukses, tentu kita sebaiknya melewati jumlah kegagalan ter­sebut secepatnya, bukan? Dalam hidup korporasi, jika Anda tidak berjuang, Anda tidak akan meng­gapai sukses!

Melalui rasa sakit, kita memahami kemampuan terpendam kita. Ujian semacam inilah yang men­cetus penemuan dan terobosan dalam hidup.

Franklin Roosevelt harus bergantung pada kursi roda akibat dari penyakit polio, namun dialah satu­satunya presiden Amerika Serikat yang dipilih oleh rakyatnya empat kali.

Beethoven sudah tuli ketika dia mengomposisi beberapa karya abadinya. Profesor Stephen Hawking terserang penyakit yang di­kenal sebagai amyothropic lateral sclerosis namun mampu menelurkan karya-karya monumental seseorang ahli fisika teori.

Orang-orang tersebut memang hanya sedikit contoh dari mereka yang merangkul perjuangan dan mencapai akhir luar biasa walaupun menghadapi banyak kesulitan. Mereka menunjukkan bahwa situasi tersebut tidak membentuk Anda, mereka membuka siapa diri Anda sebenarnya.

Azim Jamal, Corporate Sufi

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *