Sense of Urgency
Muk Kuang

Seorang pelari sedang melakukan latihan di lintasan lari dan ia sudah merasa berlari dengan sangat cepat, tetapi sang pelatih mengatakan bahwa sebenarnya ia bisa lebih cepat dari itu. Lalu pada sesi kedua latihan, dilepaslah seekor anjing galak dari jarak tertentu. Pelari tersebut terkejut luar biasa dan berlari sekuat tenaga, dan hasilnya memang lebih cepat dari percobaan pertama.

Itu karena si pelari tersebut hanya punya dua pilihan: Saya berlari secepatnya dan selamat atau berlari dengan teknik yang biasa, tetapi ada kemungkinan saya digigit.

Kira-kira itulah gambaran yang terjadi pada hidup manusia. Apabila tidak ada desakan, kita cenderung lebih santai dan menjalani hidup ini seadanya. Sebaliknya, ketika ada desakan yang dahsyat, secara refleks energi dalam diri setiap orang akan keluar.

Lalu perlukah kita didesak? Bagaimana jika tidak pernah ada yang mendesak kita? Apakah harus kita sendiri yang menciptakannya?

Jika desakan dalam hidup mampu membuat kita lebih maksimal dari biasanya, tentu tidak ada salahnya dan justru lebih baik. Namun, manusia cenderung menunggu. Apabila tidak ada yang mendesak, ia akan kembali ke kondisi normal, yaitu lebih santai. Yang dikatakan luar biasa adalah jika desakan itu diciptakan sendiri dalam din setiap orang. Sulit memang, karena kita akan memvisualisasikan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

Anda membayangkan desakan terjadi dalam hidup Anda serta akibatnya jika Anda tidak berhasil mengatasi desakan tersebut. Namun, bila hal yang sulit ini bisa diatasi maka akan menghasilkan upaya yang lebih maksimal dari kondisi semula. Contohnya, seorang wiraniaga yang harus mengejar target penjualan per bulannya.

Sang bos mengeluarkan ultimatum jika tidak mencapai target bulan itu, si wiraniaga akan dipecat. Akibatnya, wiraniaga tersebut tidak memiliki penghasilan dan tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan keluarga.

Bagaimana sebaliknya jika tidak ada ultimatum? Si wira­niaga pasti berpikir untuk sedikit lebih santai karena masih ada kesempatan di bulan berikutnya. Ultimatum itu merupa­kan sebuah desakan baginya.

Jika desakan itu divisualisasikan sejak awal tentunya tidak ada kesempatan bagi si wiraniaga untuk bersantai, karena ia sudah melihat kesulitan ekonomi- yang akan dihadapi kelu­arganya bila ia tidak lebih giat mengejar target penjualannya.

Sometimes we should consider the worst. Ya, terkadang kita juga perlu melihat hal terburuk yang akan terjadi nantinya. Hal ini bukan berarti kita menjadi seorang yang pesimis dan khawatir akan masa depan, melainkan seharusnya dijadikan sebuah dorongan atau desakan tidak langsung bahwa jika saat ini kita tidak berusaha maksimal, kita akan mengalami kesulitan nantinya.

Ada sebuah konsekuensi yang harus kita hadapi di masa depan atas apa yang sudah kita lakukan saat ini. Desakan bukanlah sesuatu yang negatif, melainkan sebagai sebuah sarana untuk lebih memotivasi kita agar berusaha lebih keras.

Coba bayangkan apakah usaha yang Anda lakukan saat ini bisa menciptakan visualisasi yang indah pada akhirnya? Bayangkan apa yang akan terjadi pada keluarga, orangtua, orang terdekat, karier pribadi Anda di masa yang akan datang jika Anda masih enggan, malas, acuh dengan kondisi sekarang? Jika Anda ingin mengubah visualisasi yang ada menjadi lebih baik, sekarang Anda juga perlu mengubah cara kerja Anda.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *